Rabu, 13 Desember 2017

Makalah Agribisnis Perikanan "SALAI SEDAP"


LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN
“IKAN SALAI SEDAP”

OLEH :
   TARMIZI 
NIM: 1454201046
                                 


Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si


PROGRAM STUDY AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2017

















Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga laporan pratikum ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan pratikum agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini..
                                                                       


Pekanbaru, 20 November 2017


                                                                                                            Penyusun




DAFTAR ISI


1.2. Tujuan. 3








BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luas perairan umum di Indonesia saat ini ± 14 juta ha, meliputi 11 95 juta ha sungai dan rawa, 1,78 juta ha danau alam, serta 0,03 juta ha danau buatan. Di perairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Di samping kelebihan alami tersebut, masih banyak potensi-potensi lain yang sangat mendukung usaha bisnis perikanan, antara lain sebagai berikut.
1) Pemerintah telah memberikan kebijakan perkreditan untuk membantu nelayan yang bermodal kecil, sesuai SK Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendalian Bimas No 1/SK Mentan/Bimas/I/1978 tanggal 26 Januari 1987.
2) Untuk menunjang program peningkatan produksi sector perikanan pemerintah telah menyediakan dana sebesar Rp 40.652 milyar pada tahun 1991. Demikian juga, dalam bidang penehtian perikanan yang meliputi pembenihan, hama penyakit, dan pascapanen, pemerintah juga telah menyediakan dana sebesar Rp 25,112 juta.
3) Untuk menunjang pengelolaan perikanan secara modern, khususnya dalam budi daya ikan air payau, sudah banyak tersedia peralatan, seperti salinometer yang berguna untuk mengukur salinitas air payau, alat pengukur pH tanah, dan alat aerasi yang berguna untuk mengisi O2. Alat-alat tersebut sudah banyak tersedia di toko khusus yang menjual peralatan perikanan.
4) Dewasa ini makanan ikan buatan, seperti makanan yang berbentuk tepung, remah, serpihan, ataupun pil, telah banyak diproduksi di Indonesia dan dapat diperoleh dengan mudah sehingga dapat memperlancar usaha budi daya ikan.
5) Departemen Perdagangan RI telah memberikan izin impor untuk empat merk dagang artemia. Tujuannya untuk mencukupi kebutuhan makanan dalam usaha pembenihan udang. Empat merk tersebut : San Francisco Bay, Bio Marine, Great Wall, dan Marine Tripocana. Selain itu, juga telah beredar jenis makanan untuk larva udang yang baru menetas, seperti cyst artemia.
Dilihat dari potensi tersebut, usaha bisnis perikanan di Indonesia menunjukkan masa depan yang sangat baik. Terutama bila dilihat dari data permintaan eksporyang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Pada periode Januari-September 1987, volume ekspor udang sebesar 32,797 ton dengan nilai ekspor 258.735 US$. Keadaan itu menandakan adanya kenaikan volume sebesar 20,20 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, yaitu sebesar 27,264 ton, sedangkan nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 56,183 US$. Diperkirakan pada tahun 2000 nanti, prospek pasar udang, terutama di AS, Jepang, dan Eropa Barat, akan semakin cerah dan diharapkan bisa menyerap 80 % produksi udang dunia. Penyebab meningkatnya pangsa pasar udang ini karena kecenderungan konsumsi masyarakat di kawasan itu mulai berubah. Masyarakat lebih suka makanan berkadar lemak rendah.
Keadaan ekspor tuna juga mengalami peningkatan. Ekspor tuna dari bulan September 1986 sampai September 1987 mengalami peningkatan sebesar 49,81%, yaitu dari 14.302 ton menjadi 21.428 ton. Sedang nilai ekspomya meningkat dari 10.753 US$ menjadi 19.315 US$ atau mengalami peningkatan sebesar 79,54 %. Secara urnum ekspor perikanan Indonesia memperoleh 800 juta US$ pada tahun 1990.
Masalah yang timbul sekarang adalah bagaimana caranya untuk memenuhi permintaan dari negara-negara pengimpor yang dari tahun ke tahun semakin meningkat ? Satu-satunya jalan yaitu dengan meningkatkan produksi melalui usaha budi daya, baik itu untuk ikan tambak, laut, maupun tawar serta ikan hias. Usaha ini akan memperbanyak peluang bersaing dibandingkan dengan usaha penangkapan.
Langkah terobosan dan penerapan teknologi dalam masalah budi daya ikan ini juga periu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Di samping itu, periu ditingkatkan kerja sama dengan pihak asing untuk industri perikanan terpadu yang meliputi penanganan kegiatan produksi primer, kegiatan pengolahan, dan pemasaran hasil serta segala fasilitas penunjang yang diperlukan.
Usaha meningkatkan produksi tersebut harus cepat dilakukan karena bila teriambat, tidak mustahil, pasaran perikanan dunia akan direbut oleh negara lain, seperti India, Cina, Amerika, dan Thailand.
Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi) (Swastawati , 2011).
Pengasapan dapat didefinisikan sebagai proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk dengan rasa dan aroma spesifik umur simpan yang lama karena aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas enzimatis pada ikan sehingga dapat mempengaruhi kualitas ikan asap. Senyawa kimia dari asap kayu umumnya berupa fenol (yang berperan sebagai antioksidan), asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon dan senyawa nitrogen seperti nitro oksida, aldehid, keton, ester, eter, yang menempel pada permukaan dan selanjutnya menembus ke dalam daging ikan ( Isamu,2012).

 

1.2.Tujuan

2.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agribisnis Perikanan
3.      Mengetahui profil usaha ikan salai lele
4.       Mengetahui input dan output usaha ikan salai lele
5.      Mengetahui proses penyalaian ikan salai lele
6.       Mengetahui SDM dan Pengolahan limbah dari proses produksi



BAB II. KEADAAN UMUM USAHA PENYALAIAN IKAN


Usaha Budidaya dan pengolahan ikan lele ini berada di Jl. Gading Marpoyan Gg. Lundang No. 130, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
·         Pekerjaan/usaha :
1.      Pembesaran Ikan lele
2.       Pengolahan Ikan Sale lele
3.       Pengolahan Lele lainnya (seperti Abon, dll)

·         Data Usaha Pembesaran ikan lele dumbo

1.      Luas lahan                                :  900 m2
2.      Jumlah kolam                          : 25 kolam terpal
3.      Kapasitas kolam                      : 80.000 ekor
4.      Jumlah produksi                      : 3.000 kg per bulan
5.      Jumlah pekerja                         : 3 (tiga) orang
6.      Tahun berdiri                           : 2006
7.      Nama Sertifikat                        : Cara Budidaya Ikan yang baik
8.      Nilai sertifikat                         : telah memenuhi persyaratan nilai “ Baik  (Good) “
9.      Nomor sertifikat                      : ID-RI-CBIB-T.1570











·            Data Usaha Pengolahan ikan salai  lele dumbo

1.      Luas lahan                               : 20 m2
2.      Jumlah open                             : 2 unit 10 rak
3.      Kapasitas open                        : 150 kg basah, salai kering 38 kg
4.      Jumlah produksi                      : 400 kg per bulan
5.      Jumlah pekerja                         : 4 orang
6.      Tahun berdiri                            : 2010
7.      Nama merek Kemasan            : Ikan salai Lele sedap
8.      Nama sertifikat kesehatan       : Dinkes P-IRT No. 2021471011049
9.      Nama sertifikat halal               : LP-POM MUI No. 05030003871211

·         Pelayanan :

1.      Ikan lele Jumbo konsumsi
2.      Ikan Sale Lele partai kecil (dengan kemasan) atau partai besar (tanpa kemasan)
3.      Pengolahan Ikan Lele lainnya (Bubur Daging Lele, Abon Lele, Keripik Ikan Lele)
4.      Praktek Kerja/Magang/Pelatihan dan Penelitian budidaya Ikan Lele dalam kolam terpal dan Pengolahan lele
5.      Pembuatan alat/Open pembuatan Ikan Sale Lele






BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.  Profil usaha ikan salai lele sedap

Berawal di tahun 2002, pria yang akrab disapa Madin ini memulai usaha tambak lele di depan rumahnya. Awalnya baru satu kolam yang ia punya. Uang hasil dari panen satu kolam itu kemudian ia kumpulkan dan dijadikan modal untuk menambah kolam satu lagi. Begitulah seterusnya, perlahan ia terus memperbanyak kolam lelenya, sehingga berjumlah 25 kolam.
Usaha ini berada di Jln. Gading Marpoyan Gg. Lundang No. 130, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. awal bermula usaha ini yaitu pada tahun 2000 beliau, sembari melaksanakan pendidikannya beliau membuka usaha Ternak burung puyuh sampai proses perkuliaahannya selesai, setelah itu usaha Bapak Ahmadin beralih pada objek yang lain, di tahun 2006 usahanya beralih ke pembenihan ikan, dimana belian merintis kembali dari awal agar usahanya ini berjalan dengan baik sampai keluar daerah agar banyak para anggota masyarakat yang mengetahui usaha tersebut dan dapat memberikan dampak positif bagi usahanya.
Pada tahun 2010 beliau juga melakukan usaha pembesaran ikan, akan tetapi disini beliau banyak mendapat kendala yaitu tentang pemasarannya, selain itu fluktuasi harga juga terjadi naik turun nya harga tersebut dan menjadi tidak stabil, oleh karena itu tidak kehabisan akal dan pemikiran yang baik beliau menjadikan ikan- ikan tersebut menjadi produk olahan yang menghasilkan profit bagi pengusaha dan dapat di jual pada pangsa pasar yang umum.
Setelah usaha tersebut terus berjalan, pada tauhun 2011 akhir  pengolah ikan salai nya (pengasapan) juga di pelajari lebih baik lagi oleh bapak ahmadin agar hasil dari ikan salainya berstandar baik dan tidak mengecewakan konsumen, waktu yang dibutuhkan oleh beliau untuk proses pembelajaran adalah 6 bulan, setelah itu beliau sudah mendapatkan  izin yang syah untuk syarat-syarat pemasaran produknya di sawalayan/pasar bebas yang disebut dengan (PIRT)
Tahun 2013, bapak ahmadin melakukana Dipersivikasi usaha terhadap usaha budidaya ikana lelenya karena beliau melihat prospek untuk kedepannya sangatlah bagus demi kelangsungan usahanya dan banyak diminati oleh para masyarakat.



3.2.  Input Dan Output Usaha Ikan Salai lele

Bahan baku pada pembuatan ikan salai ini  yaitu ikan lele ya ng berumur  ± 3 bulan. Ikan lele tersebut diperoleh dari usaha sendiri dan disamping itu juga dengan melakukan mitra usaha pada sesama Pengusaha ikan lele.
 Harga ikan lele basah berkisar Rp. 10.000 – Rp. 18.000 / kg sedangkan harga ikan salainya Rp. 75.000 – Rp. 100.000 / kg.Setiap 1 kg ikan lele basah menghasilkan 250 gr ikan salai.

 

3.3.  Proses penyalaian ikan lele

Proses pembuatan ikan salai dimulai dari pengambilan ikan di kolam ataupun dari rekan yang mempunyai usaha ikan lele, kemudian ditampung pada sebuah ember untuk melakukan pencucian ikan dengan air bersih, setelah dicuci bersih dilakukan pembuangan kotoran serta pembelahan ikan, lalu setelah itu ikan dicuci kembali yang kemudian di susun pada oven untuk dilakukan pengasapan, pada proses pengasapan membutuhkan waktu yang lama karena jika menggunakan api yang terlalu besar maka ikan akan gosong sehingga kualitas ikan salai akan menurun.
pengasapan ini merupakan proses yang lebih hati-hati untuk mendapatkan hasil yang baik, proses berikutnya yaitu pendinginan ikan sebelum di lakukan pengemasan karena jika dalam keadaan panas ikan salai di kemasakan cepat rusak. Proses penyalaian ikan ini mulai dari pengambilan ikan basah sampai dengan pengemasan membutuhkan waktu selama 2 hari.




 

3.4. Sumber Daya Manusia (tenaga kerja)

No.
Tenaga Kerja
Jumlah
Pendidikssan
Penempatan Kerja
1.
TK dalam keluarga
1. suami
2. istri
2 orang

S1
SMA

Saling melengkapi
Saling melengkapi
2.
TK luar keluarga
 1. Ijur
2. Kamalia
2 orang

SMA
SMP

Saling melengkapi
Saling melengkapi

3.5. Pengolahan limbah hasil produksi

Setiap usaha pasti menghasilkan limbah. Dalam hal ini,Bapak Ahmadin tidak membuang begitu saja limbah hasil produksi,akan tetapi ia memanfaatkannya sebagai pakan ikan dengan cara mengalirkan limbah dari tempat pengolahan  ke tempat penampungan berupa sebuah bak pengendapan dan didalam bak itu,limbah dicairkan. Setelah dicairkan,lmbah yang keluar akan dimakan ikan yang ada dikolam.

3.6. Hasil dan pemasaran ikan salai lele

Ikan salai lele ini dipasarkan pada beberapa tempat seperti di Supermarket, via online dan juga penjualan secara langsung di rumah dan tempat-tempat yang ada disekitar Kota Pekanbaru
Untuk pendapatan selama 1 bulan yaitu 4 kali proses produksi pada usaha ikan salai,sbb :
1.      Harga ikan lele basah = Rp. 10.000 – Rp. 18.000 / kg, sehingga harga rata-rata =Rp. 14.000
2.      Hargai kan lele salai= Rp. 75.000 – Rp. 100.000 / kg, dengan harga rata-rata = Rp. 87.500
3.       Kayu bakar = Rp. 250.000 / mobil pick up / bulan
4.      1 kg ikan lele basah = 250 gr ikan salai
5.      1 kg ikan salai = 4 kg ikan segar
6.      1 kali proses produksi = 200 kg ikan lele basah = ±80 kg ikan salai
7.       Gaji karyawan = Rp. 800.000 / orang
Alat yang di gunakan yaitu :pisau, ember, mejakerja, box penyimpanan ikan sebelum di packing, pakingsiler, lemlistrik, timbangan listrik.
π = TR – TC
= Pendapatan kotor – (Ikan lele basah +Tenag akerja + kayu bakar + penyusutan alat)
= {(80 kg ikansalai x 4 kali produksi) x Rp. 87.500 / kg} – {(200 kg x 4 kali produksi x Rp. 14.000) + (2 orang x Rp. 800.000) + (kayu bakarRp 250.000 / mobil / bulan) + Rp. 3.800.000}
= (320 kg x Rp. 87.500 / kg) – (Rp. 11.200.000 + Rp. 1.600.000 + Rp. 250.000 + Rp. 3.800.000)
            = Rp. 28.000.000 –Rp. 16.850.000
            = Rp. 11.150.000 / bulan




















BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
            Proses penyalaian ikan ini mulai dari pengambilan ikan basah sampai dengan pengemasan membutuhkan waktu selama 2 hari. Proses pembuatan ikan salai dimulai dari pengambilan ikan di kolam ataupun dari rekan yang mempunyai usaha ikan lele, kemudian ditampung pada sebuah ember untuk melakukan pencucian ikan dengan air bersih, setelah dicuci bersih dilakukan pembuangan kotoran serta pembelahan ikan, lalu setelah itu ikan dicuci kembali yang kemudian di susun pada oven untuk dilakukan pengasapan.
            Dan dilihat dari pengasilan yang didapatkan oleh bapak Ahmadin,usaha ini sangat bagus untuk dikembangkan kedepannya.














DAFTAR PUSTAKA


Heruwati, endang sri. 2002. Pengolahan ikan secara tradisional: prospek dan peluang pengembangan. Pusat riset pengolahan produk dan sosial ekonomi kelautan dan perikanan, Jakarta.
http://afatarulis81.blogspot.co.id/2010/05/agribisnis-perikanan.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Brigjen TNI Edy Natar Beri Pembekalan Kepemimpinan di Unilak

PEKANBARU,  - Hadirnya Danrem 031/WB, Brigjen TNI Edy Natar di Fakultas Hukum Unilak karena adanya permintaan dari Dewan perwakilan ma...