LAPORAN PRAKTIKUM
MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN
“IKAN SALAI SEDAP”
OLEH :
TARMIZI
NIM: 1454201046
Pembimbing
PROGRAM STUDY AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2017
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmatNYA sehingga laporan pratikum ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan pratikum agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Makalah ini..
Pekanbaru, 20 November 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Luas perairan umum di Indonesia saat ini ± 14 juta
ha, meliputi 11 95 juta ha sungai dan rawa, 1,78 juta ha danau alam, serta 0,03
juta ha danau buatan. Di perairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal
ini merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha
perikanan di Indonesia.
Di samping kelebihan alami tersebut, masih banyak potensi-potensi lain yang
sangat mendukung usaha bisnis perikanan, antara lain sebagai berikut.
1) Pemerintah telah memberikan kebijakan perkreditan untuk membantu nelayan
yang bermodal kecil, sesuai SK Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendalian Bimas
No 1/SK Mentan/Bimas/I/1978 tanggal 26 Januari 1987.
2) Untuk menunjang program peningkatan produksi sector perikanan pemerintah
telah menyediakan dana sebesar Rp 40.652 milyar pada tahun 1991. Demikian juga,
dalam bidang penehtian perikanan yang meliputi pembenihan, hama penyakit, dan
pascapanen, pemerintah juga telah menyediakan dana sebesar Rp 25,112 juta.
3) Untuk menunjang pengelolaan perikanan secara modern, khususnya dalam budi
daya ikan air payau, sudah banyak tersedia peralatan, seperti salinometer yang
berguna untuk mengukur salinitas air payau, alat pengukur pH tanah, dan alat
aerasi yang berguna untuk mengisi O2. Alat-alat tersebut sudah banyak tersedia
di toko khusus yang menjual peralatan perikanan.
4) Dewasa ini makanan ikan buatan, seperti makanan yang berbentuk tepung,
remah, serpihan, ataupun pil, telah banyak diproduksi di Indonesia dan dapat
diperoleh dengan mudah sehingga dapat memperlancar usaha budi daya ikan.
5) Departemen Perdagangan RI telah memberikan izin impor untuk empat merk
dagang artemia. Tujuannya untuk mencukupi kebutuhan makanan dalam usaha
pembenihan udang. Empat merk tersebut : San Francisco Bay, Bio Marine, Great
Wall, dan Marine Tripocana. Selain itu, juga telah beredar jenis makanan untuk
larva udang yang baru menetas, seperti cyst artemia.
Dilihat dari potensi tersebut, usaha bisnis perikanan di Indonesia menunjukkan
masa depan yang sangat baik. Terutama bila dilihat dari data permintaan
eksporyang dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Pada periode Januari-September 1987, volume ekspor udang sebesar 32,797 ton
dengan nilai ekspor 258.735 US$. Keadaan itu menandakan adanya kenaikan volume
sebesar 20,20 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama,
yaitu sebesar 27,264 ton, sedangkan nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar
56,183 US$. Diperkirakan pada tahun 2000 nanti, prospek pasar udang, terutama
di AS, Jepang, dan Eropa Barat, akan semakin cerah dan diharapkan bisa menyerap
80 % produksi udang dunia. Penyebab meningkatnya pangsa pasar udang ini karena
kecenderungan konsumsi masyarakat di kawasan itu mulai berubah. Masyarakat
lebih suka makanan berkadar lemak rendah.
Keadaan ekspor tuna juga mengalami peningkatan. Ekspor tuna dari bulan
September 1986 sampai September 1987 mengalami peningkatan sebesar 49,81%,
yaitu dari 14.302 ton menjadi 21.428 ton. Sedang nilai ekspomya meningkat dari
10.753 US$ menjadi 19.315 US$ atau mengalami peningkatan sebesar 79,54 %.
Secara urnum ekspor perikanan Indonesia memperoleh 800 juta US$ pada tahun
1990.
Masalah yang timbul sekarang adalah bagaimana caranya untuk memenuhi permintaan
dari negara-negara pengimpor yang dari tahun ke tahun semakin meningkat ?
Satu-satunya jalan yaitu dengan meningkatkan produksi melalui usaha budi daya,
baik itu untuk ikan tambak, laut, maupun tawar serta ikan hias. Usaha ini akan
memperbanyak peluang bersaing dibandingkan dengan usaha penangkapan.
Langkah terobosan dan penerapan teknologi dalam masalah budi daya ikan ini juga
periu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Di samping itu, periu ditingkatkan
kerja sama dengan pihak asing untuk industri perikanan terpadu yang meliputi
penanganan kegiatan produksi primer, kegiatan pengolahan, dan pemasaran hasil
serta segala fasilitas penunjang yang diperlukan.
Usaha meningkatkan produksi tersebut harus cepat dilakukan karena bila
teriambat, tidak mustahil, pasaran perikanan dunia akan direbut oleh negara
lain, seperti India, Cina, Amerika, dan Thailand.
Ikan asap
merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen baik di Indonesia
maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma yang sedap spesifik.
Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih dilakukan secara
tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta kurang memperhatikan
aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan dampak bagi kesehatan dan
lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan oleh pengasapan tradisional
antara lain kenampakan kurang menarik (hangus sebagian), kontrol suhu sulit
dilakukan dan mencemari udara (polusi) (Swastawati , 2011).
Pengasapan dapat didefinisikan
sebagai proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari
pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk dengan rasa dan aroma spesifik
umur simpan yang lama karena aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas
enzimatis pada ikan sehingga dapat mempengaruhi kualitas ikan asap. Senyawa
kimia dari asap kayu umumnya berupa fenol (yang berperan sebagai antioksidan),
asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon dan senyawa nitrogen seperti nitro
oksida, aldehid, keton, ester, eter, yang menempel pada permukaan dan
selanjutnya menembus ke dalam daging ikan ( Isamu,2012).
2. Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Agribisnis Perikanan
3. Mengetahui profil usaha ikan salai lele
4. Mengetahui input dan output usaha ikan salai
lele
5. Mengetahui proses penyalaian ikan
salai lele
6. Mengetahui SDM dan Pengolahan limbah dari
proses produksi
BAB II. KEADAAN UMUM USAHA
PENYALAIAN IKAN
Usaha Budidaya dan pengolahan ikan lele ini berada
di Jl. Gading Marpoyan Gg. Lundang No. 130, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru.
·
Pekerjaan/usaha :
1. Pembesaran Ikan lele
2. Pengolahan Ikan Sale lele
3. Pengolahan Lele lainnya (seperti Abon, dll)
·
Data Usaha Pembesaran ikan lele dumbo
1. Luas lahan : 900
m2
2. Jumlah
kolam : 25
kolam terpal
3. Kapasitas kolam : 80.000 ekor
4. Jumlah produksi : 3.000 kg per bulan
5. Jumlah pekerja : 3 (tiga) orang
6. Tahun berdiri : 2006
7. Nama Sertifikat
: Cara Budidaya Ikan yang baik
8. Nilai
sertifikat :
telah memenuhi persyaratan nilai “ Baik
(Good) “
9. Nomor
sertifikat :
ID-RI-CBIB-T.1570
·
Data Usaha Pengolahan ikan salai lele dumbo
1. Luas lahan : 20 m2
2. Jumlah open : 2 unit 10 rak
3. Kapasitas open : 150 kg basah, salai
kering 38 kg
4. Jumlah produksi : 400 kg per bulan
5. Jumlah pekerja : 4 orang
6. Tahun berdiri : 2010
7. Nama merek
Kemasan : Ikan salai Lele sedap
8. Nama sertifikat
kesehatan : Dinkes P-IRT No.
2021471011049
9. Nama sertifikat
halal : LP-POM MUI No.
05030003871211
·
Pelayanan :
1. Ikan lele Jumbo konsumsi
2. Ikan Sale Lele partai kecil (dengan
kemasan) atau partai besar (tanpa kemasan)
3. Pengolahan Ikan Lele lainnya (Bubur
Daging Lele, Abon Lele, Keripik Ikan Lele)
4. Praktek Kerja/Magang/Pelatihan dan
Penelitian budidaya Ikan Lele dalam kolam terpal dan Pengolahan lele
5. Pembuatan alat/Open pembuatan Ikan
Sale Lele
Berawal di tahun 2002, pria yang akrab disapa Madin
ini memulai usaha tambak lele di depan rumahnya. Awalnya baru satu kolam yang
ia punya. Uang hasil dari panen satu kolam itu kemudian ia kumpulkan dan
dijadikan modal untuk menambah kolam satu lagi. Begitulah seterusnya, perlahan
ia terus memperbanyak kolam lelenya, sehingga berjumlah 25 kolam.
Usaha ini
berada di Jln. Gading Marpoyan Gg. Lundang No. 130, Kelurahan Simpang Tiga,
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. awal bermula usaha ini yaitu pada tahun 2000
beliau, sembari melaksanakan pendidikannya beliau membuka usaha Ternak burung
puyuh sampai proses perkuliaahannya selesai, setelah itu usaha Bapak Ahmadin
beralih pada objek yang lain, di tahun 2006 usahanya beralih ke pembenihan
ikan, dimana belian merintis kembali dari awal agar usahanya ini berjalan
dengan baik sampai keluar daerah agar banyak para anggota masyarakat yang
mengetahui usaha tersebut dan dapat memberikan dampak positif bagi usahanya.
Pada tahun 2010 beliau juga melakukan usaha pembesaran ikan,
akan tetapi disini beliau banyak mendapat kendala yaitu tentang pemasarannya,
selain itu fluktuasi harga juga terjadi naik turun nya harga tersebut dan
menjadi tidak stabil, oleh karena itu tidak kehabisan akal dan pemikiran yang
baik beliau menjadikan ikan- ikan tersebut menjadi produk olahan yang
menghasilkan profit bagi pengusaha dan dapat di jual pada pangsa pasar yang
umum.
Setelah usaha tersebut terus berjalan, pada tauhun 2011
akhir pengolah ikan salai nya
(pengasapan) juga di pelajari lebih baik lagi oleh bapak ahmadin agar hasil
dari ikan salainya berstandar baik dan tidak mengecewakan konsumen, waktu yang
dibutuhkan oleh beliau untuk proses pembelajaran adalah 6 bulan, setelah itu
beliau sudah mendapatkan izin yang syah
untuk syarat-syarat pemasaran produknya di sawalayan/pasar bebas yang disebut
dengan (PIRT)
Tahun 2013, bapak ahmadin melakukana Dipersivikasi usaha
terhadap usaha budidaya ikana lelenya karena beliau melihat prospek untuk
kedepannya sangatlah bagus demi kelangsungan usahanya dan banyak diminati oleh
para masyarakat.
Bahan baku pada pembuatan ikan salai ini yaitu ikan lele ya ng berumur ± 3 bulan. Ikan lele tersebut diperoleh dari
usaha sendiri dan disamping itu juga dengan melakukan mitra usaha pada sesama
Pengusaha ikan lele.
Harga ikan
lele basah berkisar Rp. 10.000 – Rp. 18.000 / kg sedangkan harga ikan salainya
Rp. 75.000 – Rp. 100.000 / kg.Setiap 1 kg ikan lele basah menghasilkan 250 gr
ikan salai.
Proses pembuatan ikan salai dimulai dari pengambilan
ikan di kolam ataupun dari rekan yang mempunyai usaha ikan lele, kemudian
ditampung pada sebuah ember untuk melakukan pencucian ikan dengan air bersih,
setelah dicuci bersih dilakukan pembuangan kotoran serta pembelahan ikan, lalu
setelah itu ikan dicuci kembali yang kemudian di susun pada oven untuk
dilakukan pengasapan, pada proses pengasapan membutuhkan waktu yang lama karena
jika menggunakan api yang terlalu besar maka ikan akan gosong sehingga kualitas
ikan salai akan menurun.
pengasapan ini merupakan proses yang lebih hati-hati
untuk mendapatkan hasil yang baik, proses berikutnya yaitu pendinginan ikan
sebelum di lakukan pengemasan karena jika dalam keadaan panas ikan salai di
kemasakan cepat rusak. Proses penyalaian ikan ini mulai dari pengambilan ikan
basah sampai dengan pengemasan membutuhkan waktu selama 2 hari.
No.
|
Tenaga Kerja
|
Jumlah
|
Pendidikssan
|
Penempatan Kerja
|
1.
|
TK dalam keluarga
1. suami
2. istri
|
2 orang
|
S1
SMA
|
Saling melengkapi
Saling melengkapi
|
2.
|
TK luar keluarga
1. Ijur
2. Kamalia
|
2 orang
|
SMA
SMP
|
Saling melengkapi
Saling melengkapi
|
Setiap usaha pasti menghasilkan limbah. Dalam hal
ini,Bapak Ahmadin tidak membuang begitu saja limbah hasil produksi,akan tetapi
ia memanfaatkannya sebagai pakan ikan dengan cara mengalirkan limbah dari
tempat pengolahan ke tempat penampungan
berupa sebuah bak pengendapan dan didalam bak itu,limbah dicairkan. Setelah
dicairkan,lmbah yang keluar akan dimakan ikan yang ada dikolam.
Ikan salai lele ini dipasarkan pada beberapa tempat
seperti di Supermarket, via online dan juga penjualan secara langsung di rumah
dan tempat-tempat yang ada disekitar Kota Pekanbaru
Untuk
pendapatan selama 1 bulan yaitu 4 kali proses produksi pada usaha ikan
salai,sbb :
1. Harga ikan lele basah = Rp. 10.000 –
Rp. 18.000 / kg, sehingga harga rata-rata =Rp. 14.000
2. Hargai kan lele salai= Rp. 75.000 – Rp.
100.000 / kg, dengan harga rata-rata = Rp. 87.500
3. Kayu bakar = Rp. 250.000 / mobil pick up /
bulan
4. 1 kg ikan lele basah = 250 gr ikan
salai
5. 1 kg ikan salai = 4 kg ikan segar
6. 1 kali proses produksi = 200 kg ikan
lele basah = ±80 kg ikan salai
7. Gaji karyawan = Rp. 800.000 / orang
Alat yang di gunakan yaitu :pisau,
ember, mejakerja, box penyimpanan ikan sebelum di packing, pakingsiler,
lemlistrik, timbangan listrik.
π = TR – TC
= Pendapatan kotor – (Ikan lele
basah +Tenag akerja + kayu bakar + penyusutan alat)
=
{(80 kg ikansalai x 4 kali produksi) x Rp. 87.500 / kg} – {(200 kg x 4 kali
produksi x Rp. 14.000) + (2 orang x Rp. 800.000) + (kayu bakarRp 250.000 /
mobil / bulan) + Rp. 3.800.000}
=
(320 kg x Rp. 87.500 / kg) – (Rp. 11.200.000 + Rp. 1.600.000 + Rp. 250.000 +
Rp. 3.800.000)
= Rp. 28.000.000 –Rp.
16.850.000
= Rp. 11.150.000 / bulan
4.1. Kesimpulan
Proses penyalaian ikan ini mulai
dari pengambilan ikan basah sampai dengan pengemasan membutuhkan waktu selama 2
hari. Proses pembuatan ikan salai dimulai dari pengambilan ikan di kolam
ataupun dari rekan yang mempunyai usaha ikan lele, kemudian ditampung pada
sebuah ember untuk melakukan pencucian ikan dengan air bersih, setelah dicuci
bersih dilakukan pembuangan kotoran serta pembelahan ikan, lalu setelah itu
ikan dicuci kembali yang kemudian di susun pada oven untuk dilakukan
pengasapan.
Dan dilihat dari pengasilan yang
didapatkan oleh bapak Ahmadin,usaha ini sangat bagus untuk dikembangkan
kedepannya.
Heruwati,
endang sri. 2002. Pengolahan ikan secara tradisional: prospek dan peluang
pengembangan. Pusat riset pengolahan produk dan sosial ekonomi kelautan
dan perikanan, Jakarta.
http://afatarulis81.blogspot.co.id/2010/05/agribisnis-perikanan.html